Bersamamu, aku bisa mati esok pagi atau hidup seratus tahun lagi.
Aku suka dengar kamu bercerita tentang seekor kera yang membodohi kawanan buaya, atau tentang pohon jati yang katamu sering merintih sambil gugurkan daunnya.
Aku suka dengar kamu mengoceh tentang padat lalu lintas ibukota, atau tentang atasan di perusahaan yang acap kali bertindak semena-mena. Aku suka dengar kamu berbicara—diam pun, tetap sama sukanya.
Aku suka habiskan sepuluh menit pertama dengan saling tatap tanpa harus banyak berucap, yang kemudian duapuluh menit berikutnya dihabiskan dengan belasan cerita yang sudah kamu simpan sepekan lamanya.
Bahkan, puluhan tahun berikutnya, aku masih suka lihat kamu tersenyum meski dengan tiga garis tipis di sudut mata.
Aku masih suka dengar ceritamu meski perlahan mulai terbata-bata. Aku, pun masih tetap jatuh cinta dengan suara tawamu meski kini sering sesak napasnya.
Aku masih suka di sini, denganmu, sampai nanti, sampai puluhan tahun lagi. Bersamamu, sayang, biarpun tidak abadi, paling tidak aku dicintai. Paling tidak ada yang bisa dibagi, ada yang bisa diingat sampai mati.